Monday, October 4, 2010

makan dan makanan


Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang-orang di jakarta. Dia katakan bahawa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya semua hanya memikirkan untuk makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :

1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya boleh makan atau tidak ?” saat itu dapat makan, saat itu dihabiskan makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.

2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?” mungkin kerana sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beza tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sup. Jadi ada makanan hanya jenisnya yang lain.

3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak boleh makan di restoran yang sama setiap hari.

4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang boleh aku makan ?” Dia fikir makan tetapi dari menzalimi orang lain. Tiap hari yang difikirkan bagaimana makan orang ? ertinya bagaimana dia dapat memeras orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.

Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang menganggap bahawa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini, kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang kafir itu rendah. Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, kereta yang mewah, makanan yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana dari makanan, pakaian, pengangkutan, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.



No comments:

Post a Comment